Sekali ini lagi sebagian orang mempertanyakan kewarasan kami, saat lagi-lagi mengambil sebuah keputusan besar yang terlihat bodoh dan tidak masuk akal. Kami akan meninggalkan rumah kami, dan tinggal di kontrakan yang luasnya kurang dari setengah rumah kami. Bagi kami, inilah pengejaran kami akan harta itu. Harta yang akan menjadi warisan abadi bagi anak, cucu, dan cicit kami. Sekalipun ini bukanlah harta yang bisa dikejar dan diraih sendiri oleh manusia, tetapi hanya oleh kasih karunialah orang bisa memperolehnya.
Yang saya maksudkan, bukan sekedar memberikan pendidikan terbaik bagi anak (-anak) kami. Sebagian orang mempertanyakan apakah tidak ada sekolah yang bagus di Depok. Tetapi lebih dari itu, mencicip kenikmatan sorgawi di dunia saat ini, sambil sekaligus membagikan warisan abadi bagi generasi penerus kami.
Bayangkan, anda sedang berada di lembah yang begitu kelam pekat, dan tidak tahu cara keluar dari sana, hanya dapat menangis dan meratap. Lalu datanglah pertolongan, sebuah tangan yang memberikan tuntunan, memimpin setapak demi setapak langkah anda hingga akhirnya anda dapat keluar dari tempat yang menakutkan itu. Apakah anda akan melepaskan tangan yang telah menggandeng anda segera setelah keluar dari lembah kelam itu? Saya tidak akan pernah melepaskannya. Saya memilih untuk tetap menggandeng tangan itu sambil merayakan sukacita atas kemenangan keluar dari lembah kelam. Dan akan terus memegang erat tangan itu melewati naik turunnya lembah dan bukit di tahun-tahun ke depan.
Yang saya maksudkan di atas ialah pernikahan kami yang pernah mengalami masa kelam pekat, sedemikian buruknya hingga kami masing-masing ingin mengakhirinya, di tahun pertama pernikahan kami. Karena itu jugalah saya bisa menyebutkan "mencicip kenikmatan sorgawi" dalam pernikahan kami. Seseorang yang pernah mengalami lembah kelam dalam pernikahannya, saya kira akan dapat memahami kalau saya katakan pernikahan bahagia itu laksana mencicip kenikmatan sorgawi, sangat memuaskan.
Pertolongan itu datangnya dari Tuhan, melalui sebuah instrumen Pelayanan Bina Iman Keluarga Sahabat Kristus. Kalau kepindahan kami ini hanya untuk mendapatkan sekolah yang bagus buat Sigi, di Depok juga ada. Tapi yang sedang kami kejar sekarang adalah sekolah yang bagus buat KAMI.. Sekolah yang mengajarkan bagaimana menjadi suami, istri, ayah, ibu, dan anak yang seperti Tuhan mau. Blue print-nya memang sudah ada di alkitab, tapi kami kesulitan kalau harus mempelajarinya sendiri. Kami butuh teman seperjuangan untuk berbagi, dan mentor untuk diteladani. Ya, kami butuh komunitas. Kami telah menemukannya (mungkin lebih tepatnya kamilah yang telah ditangkap) di BIK SK. Ya, memang kamilah yang telah ditangkap, karena "kebetulan demi kebetulan" telah dirancang Tuhan untuk menceburkan kami ke komunitas ini. Tidak ada teman alumni kampus, atau teman dari daerah asal, atau teman gereja yang membawa kami ke tempat ini. "Kebetulan-kebetulan" ini kami sebut sebagai kasih karunia.
Seseorang yang mengetahui ada harta sangat berharga di suatu tempat, pastilah akan rela mengejarnya begitu rupa, meskipun itu berarti harus melepaskan atau merelakan harga yang tidak kecil. Bagi kami, inilah harta itu, harta yang layak dikejar dan diperjuangkan, yaitu pertolongan agar terus dapat menikmati pernikahan yang kaya, memuaskan dan indah di dalam Tuhan. Harta itu adalah Tuhan sendiri. Harta ini jugalah yang ingin kami wariskan kepada anak, cucu dan cicit kami.
Ya, akhirnya kami harus mengucapkan selamat tinggal kepada kota Depok, terima kasih telah berbagi kebaikan selama 5 tahun kebersamaan kita. Dan selamat datang Kelapa Gading, be good to me yah. Kami orang asing yang hanya sementara di sana, mendirikan tenda (mengontrak) sampai waktunya tiba Tuhan yang membongkar tenda kami. Dan seperti Abraham, entah kemana lagi Dia akan mengutus kami meninggalkan segala kenyamanan kami.
Kami siap menjalani petualangan seru di tempat baru bersama Tuhan. Kami mengimani bahwa Tuhan yang sama yang telah memimpin kami sejauh ini melalui "up&down" kehidupan kami akan tetap dan terus setia memimpin kami melewati "up&down" lainnya di depan.
Yang saya maksudkan, bukan sekedar memberikan pendidikan terbaik bagi anak (-anak) kami. Sebagian orang mempertanyakan apakah tidak ada sekolah yang bagus di Depok. Tetapi lebih dari itu, mencicip kenikmatan sorgawi di dunia saat ini, sambil sekaligus membagikan warisan abadi bagi generasi penerus kami.
Bayangkan, anda sedang berada di lembah yang begitu kelam pekat, dan tidak tahu cara keluar dari sana, hanya dapat menangis dan meratap. Lalu datanglah pertolongan, sebuah tangan yang memberikan tuntunan, memimpin setapak demi setapak langkah anda hingga akhirnya anda dapat keluar dari tempat yang menakutkan itu. Apakah anda akan melepaskan tangan yang telah menggandeng anda segera setelah keluar dari lembah kelam itu? Saya tidak akan pernah melepaskannya. Saya memilih untuk tetap menggandeng tangan itu sambil merayakan sukacita atas kemenangan keluar dari lembah kelam. Dan akan terus memegang erat tangan itu melewati naik turunnya lembah dan bukit di tahun-tahun ke depan.
Yang saya maksudkan di atas ialah pernikahan kami yang pernah mengalami masa kelam pekat, sedemikian buruknya hingga kami masing-masing ingin mengakhirinya, di tahun pertama pernikahan kami. Karena itu jugalah saya bisa menyebutkan "mencicip kenikmatan sorgawi" dalam pernikahan kami. Seseorang yang pernah mengalami lembah kelam dalam pernikahannya, saya kira akan dapat memahami kalau saya katakan pernikahan bahagia itu laksana mencicip kenikmatan sorgawi, sangat memuaskan.
Pertolongan itu datangnya dari Tuhan, melalui sebuah instrumen Pelayanan Bina Iman Keluarga Sahabat Kristus. Kalau kepindahan kami ini hanya untuk mendapatkan sekolah yang bagus buat Sigi, di Depok juga ada. Tapi yang sedang kami kejar sekarang adalah sekolah yang bagus buat KAMI.. Sekolah yang mengajarkan bagaimana menjadi suami, istri, ayah, ibu, dan anak yang seperti Tuhan mau. Blue print-nya memang sudah ada di alkitab, tapi kami kesulitan kalau harus mempelajarinya sendiri. Kami butuh teman seperjuangan untuk berbagi, dan mentor untuk diteladani. Ya, kami butuh komunitas. Kami telah menemukannya (mungkin lebih tepatnya kamilah yang telah ditangkap) di BIK SK. Ya, memang kamilah yang telah ditangkap, karena "kebetulan demi kebetulan" telah dirancang Tuhan untuk menceburkan kami ke komunitas ini. Tidak ada teman alumni kampus, atau teman dari daerah asal, atau teman gereja yang membawa kami ke tempat ini. "Kebetulan-kebetulan" ini kami sebut sebagai kasih karunia.
Seseorang yang mengetahui ada harta sangat berharga di suatu tempat, pastilah akan rela mengejarnya begitu rupa, meskipun itu berarti harus melepaskan atau merelakan harga yang tidak kecil. Bagi kami, inilah harta itu, harta yang layak dikejar dan diperjuangkan, yaitu pertolongan agar terus dapat menikmati pernikahan yang kaya, memuaskan dan indah di dalam Tuhan. Harta itu adalah Tuhan sendiri. Harta ini jugalah yang ingin kami wariskan kepada anak, cucu dan cicit kami.
Ya, akhirnya kami harus mengucapkan selamat tinggal kepada kota Depok, terima kasih telah berbagi kebaikan selama 5 tahun kebersamaan kita. Dan selamat datang Kelapa Gading, be good to me yah. Kami orang asing yang hanya sementara di sana, mendirikan tenda (mengontrak) sampai waktunya tiba Tuhan yang membongkar tenda kami. Dan seperti Abraham, entah kemana lagi Dia akan mengutus kami meninggalkan segala kenyamanan kami.
Kami siap menjalani petualangan seru di tempat baru bersama Tuhan. Kami mengimani bahwa Tuhan yang sama yang telah memimpin kami sejauh ini melalui "up&down" kehidupan kami akan tetap dan terus setia memimpin kami melewati "up&down" lainnya di depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar