Sabtu, 30 April 2016

Catatan ayah Sigi

Hari jumat tgl 15 April, kami berkesempatan mengikuti trial class Sekolah Eureka. Kami berencana mengikutsertakan Sigi di kelas preschool. Kami melihat sistem pendidikannya sangat baik. Lebih menekankan pembentukan karakter dan penanaman prinsip Firman Tuhan dalam diri anak. Suasana belajar dikemas dengan begitu apik sehingga anak tidak merasa bosan dan merasa sedang bermain. Selain itu, di dalam kelas anak diajarkan dengan bilingual, bahasa inggris dan indonesia. Guru-gurunya kompeten dan yang terpenting setiap anak ditanamkan prinsip Firman Tuhan dengan kuat dan sejalan dengan pembinaan Sahabat Kristus yang kami ikuti. Orang tua tidak berarti lepas tangan. Justru orang tua diwajibkan (atau mungkin bisa dibilang dipaksa) untuk turut berperan dalam pendidikan anak di rumah. Puji Tuhan, Sigi sangat menikmati kelas tersebut dan sangat excited. Kami berdua yg sempat menemani di dalam kelas juga semakin dibukakan bahwa ini hal yg sangat baik buat Sigi dalam tumbuh kembangnya dan sangat baik bagi kami sebagai orang tua. Apalagi ketika kami melihat karakter anak-anak yg sudah mengikuti kelas toddler, Tuhan menaruh kerinduan yg semakin dalam untuk menyekolahkan Sigi disana..

Secara logika manusia, banyak hal yg menghambat. Tempat tinggal, biaya hidup, proses adaptasi, kondisi ekonomi dan banyak hal lainnya. Tapi memang logika seringkali tidak sejalan dengan iman. Bersyukur Tuhan jauh melebihi logika manusia paling berhikmat sekalipun. Di masa pergumulan ini kami mengingat kembali pergumulan kami sedari awal kami memiliki anak. Saat angga memutuskan untuk resign dan menjadi fulltime mother, kami tidak tahu apakah bisa hidup dengan gajiku sebagai pegawai biasa. Nyatanya soal materi Tuhan selalu cukupkan bahkan kami bisa sedikit berbagi kepada orang lain. Walau saat Sigi lahir kami harus berhutang dan bingung bagaimana mencukupi kebutuhan bayi kecil kami, nyatanya Tuhan memberikan segala sesuatu yg Sigi butuhkan sampai kami terheran-heran atas pemberian Tuhan yg sangat limpah. Kami hampir tidak mengeluarkan uang sedikit pun utk membeli kebutuhan Sigi waktu bayi. Saat kami mendapati bahwa kelahiran Sigi yg prematur membuat Sigi seringkali sakit dan beberapa kali sampai dirawat di rumah sakit, Tuhan nyatanya cukupkan biaya rumah sakit dengan asuransi kantor dan kami bisa melihat Sigi tumbuh sehat dan pintar hingga saat ini. Saat kami bergumul bagaimana caranya kami yang tinggal di depok agar bisa mengikuti Sahabat Kristus di Kelapa Gading yg berjarak 35 km, Tuhan nyatanya menganugerahkan pinjaman mobil yang bisa kami pakai hingga saat ini. Saat kami tidak punya uang, nyatanya Tuhan memberikan kesempatan kepadaku utk bisnis kecil-kecilan jual beli motor. Ketika kami....  ah sepertinya tidak akan pernah selesai menceritakan kebaikan Tuhan bagi kami. Tentunya masih sangat banyak pengalaman iman yg kami nikmati bersama Tuhan dalam perjalanan hidup keluarga kami..

Bersyukur Tuhan memberikan konfirmasi melalui Firman dalam Saat Teduh saat kami mempertimbangkan hal ini. Mengenai kekhawatiran, Tuhan berbicara melalui Lukas 12:22-34. "Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu. Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu". Perikop ini berbicara keras kepada saya. Seharusnya fokus kami adalah apakah pilihan kami telah sejalan dengan pilihan Allah. Kalau hanya sekadar makan minum dan materi dunia, Tuhan yang akan mencukupkan karena Dia yg empunya segalanya. Justru kami harus khawatir ketika kami tidak mau mengikuti jalan Tuhan dan menggunakan pertimbangan logika kami saja..

Kemudian saat teduh 3 hari berikutnya dari 2 Tawarikh 20:1-13. Allah kita memang tidak dapat diduga, tetapi selalu dapat diandalkan. Bagaimana tidak, ketika Raja Yosafat hendak diserang oleh pasukan besar bani Amon dan sekutunya, Tuhan membuat lawan Yosafat saling memerangi antar mereka sendiri. Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena Yosafat telah mengambil keputusan yang tepat. Yosafat berpaling kepada Allah. Ia mengakui kedaulatan Allah serta memuji Tuhan atas kasih setia Tuhan. Yosafat tidak fokus pada persoalan, tapi berpaling kepada Allah dan mengingat kasih setianya. Betapa indah ketika mendapati Allah melakukan hal yg tak terduga ketika manusia mengandalkanNya. Kami pun diingatkan bahwa setiap persoalan seharusnya membawa kami semakin dekat kepada Allah. Dan kami melihat melalui pergumulan ini, kami semakin menikmati hubungan pribadi dengan Tuhan. Tuhan yang kami andalkan akan melakukan hal yang tidak terduga bagi kami ketika kami percaya penuh kepadaNya..

2 hari berikutnya, Tuhan kembali berbicara kepada kami melalui Bilangan 7:1-9. Angga sangat diteguhkan melalui perikop ini. Allah mempunyai rencana yang berbeda-beda untuk kita masing-masing. Semua imam yang lain menggunakan pedati untuk membawa bagian bagian Kemah Suci di padang gurun. Namun bani Kehat harus berjalan susah payah melalui jalan bebatuan dan pasir yang panas membara, dengan memikul ‘barang-barang suci yang menjadi tanggung jawab mereka’. Kita mungkin merasa bahwa orang lain mendapat tugas yang lebih mudah atau peran yang lebih mentereng. Saya sangat sadar betapa Angga mengalami pergumulan hebat ketika dirinya memutuskan untuk melepaskan pekerjaannya demi menjadi full time mother. Angga sangat smart, luwes, mudah bergaul dan mempunyai begitu banyak alasan lain untuk sukses meniti karir. Dia lepaskan karirnya demi anak titipan Tuhan yang sangat Dia kasihi. Keputusan yang sangat jauh dari kata mentereng dewasa ini. Bahkan banyak yg menganggap Angga mengambil keputusan bodoh dan hanya mencari susah sendiri. Tapi puji syukur kepada Tuhan sang Empunya Hidup, Angga memilih taat kepada panggilan Tuhan. Angga sudah mengambil jalan terbaik, bagi dirinya dan bagi keluarga kami. Jika Bapa kita yang penuh kasih telah menetapkan kita untuk melakukan tugas tertentu, pantaskah kita mengatakan, “Aku tak dapat melakukannya, Tuhan”?
Begitu pun dengan pergumulan kami untuk pindah ke Kelapa Gading. Tentu ini bukan hal yg umum dilakukan oleh kebanyakan orang. Tidak aneh ketika banyak yang bertanya, "Memang di depok gak ada sekolah bagus? Apa bagusnya sih sekolah itu? Ngapain "buang" uang segitu banyak "hanya" untuk sekolahin anak? Udah enak tinggal di depok, eh malah ditinggal kontrak rumah di daerah banjir!" Dan banyak lagi pertanyaan semacam itu. Kami biasanya hanya jelaskan sebisanya karena kami tahu tidak semua orang bisa mengerti betapa pentingnya langkah yg kami ambil. Seperti ketika Abram dipanggil keluar dari hidup nyaman dan makmur di tanah leluhurnya, meninggalkan zona nyamannya dan melakukan apa yang tidak lazim menurut ukuran manusia. Ah, Tuhan Yesus juga mau turun dari sorga ke dunia dan taat sampai mati demi mengikuti kehendak BapaNya. Bersyukur kami memiliki teladan sempurna dalam diri Yesus...

Hal lain yg menjadi konfirmasi bagi kami adalah tempat kerjaku. Kalau dilihat lagi ke belakang, Tuhan seperti menunjukan bahwa bukan kebetulan aku ditempatkan di kantor daerah Ancol yg dekat dgn kelapa gading. Tidak terbayang kalau Tuhan dahulu tempatkan aku di kantor yg jauh dari kelapa gading. Sepertinya mustahil bisa ikut Sahabat Kristus dan Eureka. Jadi jauh sebelum kami menikah, Tuhan sudah mempersiapkan jalan bagi kami untuk ikut pembinaan Sahabat Kristus, menyekolahkan Sigi di Eureka, dan kami bisa terus tinggal satu atap. Bahkan sampai sekarang kami masih terheran-heran, kok bisa-bisanya kami masuk ke komunitas Sahabat Kristus padahal tidak ada teman ataupun keluarga kami yang ada di dalamnya..

Selain itu, Tuhan juga ingatkan bahwa kesempatan ini tidak akan datang setiap waktu. Kami tidak tahu sampai kapan Allah tempatkan kami di Jakarta. Umur Sigi akan semakin bertambah dan Golden Age-nya tidak terasa akan cepat sekali terlewat. Kalau ini terlewat, penyesalan kami tidak akan ada gunanya karena mulai dari sekaranglah waktu terbaik menanamkan prinsip Firman Tuhan dalam hidupnya..

Saat keluarga kami kembali diperhadapkan di persimpangan antara Logika dan Iman, Tuhan seperti kembali menantang iman kami. Setelah selama ini Tuhan menunjukan pemeliharaanNya, apakah kami masih ragu untuk percaya sepenuhnya kepada Tuhan Empunya Alam Semesta? Selangkah demi selangkah kami akan ikut jalan Tuhan. Tuhan memang tidak menunjukan ujung jalan keluarga kami akan seperti apa, tapi ketika Tuhan ada di samping kami saat kami melangkah di jalanNya, itu sudah lebih dari cukup bagi kami..

Oiya, ada lagu yg Tuhan berikan untuk meneguhkan kami dalam masa pergumulan saat ini.
KJ 438. Apapun Juga Menimpamu

 1: Apapun juga menimpamu, Tuhan menjagamu.
    Naungan kasihNya pelindungmu, Tuhan menjagamu.
Ref.
    Tuhan menjagamu waktu tenang atau tegang,
    Ia menjagamu, Tuhan menjagamu.

 2: Bila menanggung beban berat, Tuhan menjagamu.
    Masa depanmu kelam pekat? Tuhan menjagamu.
 3: DipeliharaNya hidupmu; Tuhan menjagamu
    dan didengarkanNya doamu; Tuhan menjagamu.
 4: Cobaan apa mengganggumu? Tuhan menjagamu.
    Buatlah Yesus sandaranmu; Dia menjagamu.

Kiranya Tuhan senantiasa menganugerahkan kekuatan bagi kami untuk terus setia mengikuti JalanNya..

"Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia dan kepada Dia. Bagi Dialah kemuliaan untuk selama-lamanya" - Roma 11:36

Jumat, 29 April 2016

Pengejaranku

Sekali ini lagi sebagian orang mempertanyakan kewarasan kami, saat lagi-lagi mengambil sebuah keputusan besar yang terlihat bodoh dan tidak masuk akal. Kami akan meninggalkan rumah kami, dan tinggal di kontrakan yang luasnya kurang dari setengah rumah kami. Bagi kami, inilah pengejaran kami akan harta itu. Harta yang akan menjadi warisan abadi bagi anak, cucu, dan cicit kami. Sekalipun ini bukanlah harta yang bisa dikejar dan diraih sendiri oleh manusia, tetapi hanya oleh kasih karunialah orang bisa memperolehnya.

Yang saya maksudkan, bukan sekedar memberikan pendidikan terbaik bagi anak (-anak) kami. Sebagian orang mempertanyakan apakah tidak ada sekolah yang bagus di Depok. Tetapi lebih dari itu, mencicip kenikmatan sorgawi di dunia saat ini, sambil sekaligus membagikan warisan abadi bagi generasi penerus kami.

Bayangkan, anda sedang berada di lembah yang begitu kelam pekat, dan tidak tahu cara keluar dari sana, hanya dapat menangis dan meratap. Lalu datanglah pertolongan, sebuah tangan yang memberikan tuntunan, memimpin setapak demi setapak langkah anda hingga akhirnya anda dapat keluar dari tempat yang menakutkan itu. Apakah anda akan melepaskan tangan yang telah menggandeng anda segera setelah keluar dari lembah kelam itu? Saya tidak akan pernah melepaskannya. Saya memilih untuk tetap menggandeng tangan itu sambil merayakan sukacita atas kemenangan keluar dari lembah kelam. Dan akan terus memegang erat tangan itu melewati naik turunnya lembah dan bukit di tahun-tahun ke depan.

Yang saya maksudkan di atas ialah pernikahan kami yang pernah mengalami masa kelam pekat, sedemikian buruknya hingga kami masing-masing ingin mengakhirinya, di tahun pertama pernikahan kami. Karena itu jugalah saya bisa menyebutkan "mencicip kenikmatan sorgawi" dalam pernikahan kami. Seseorang yang pernah mengalami lembah kelam dalam pernikahannya, saya kira akan dapat memahami kalau saya katakan pernikahan bahagia itu laksana mencicip kenikmatan sorgawi, sangat memuaskan.
Pertolongan itu datangnya dari Tuhan, melalui sebuah instrumen Pelayanan Bina Iman Keluarga Sahabat Kristus. Kalau kepindahan kami ini hanya untuk mendapatkan sekolah yang bagus buat Sigi, di Depok juga ada. Tapi yang sedang kami kejar sekarang adalah sekolah yang bagus buat KAMI.. Sekolah yang mengajarkan bagaimana menjadi suami, istri, ayah, ibu, dan anak yang seperti Tuhan mau. Blue print-nya memang sudah ada di alkitab, tapi kami kesulitan kalau harus mempelajarinya sendiri. Kami butuh teman seperjuangan untuk berbagi, dan mentor untuk diteladani. Ya, kami butuh komunitas. Kami telah menemukannya (mungkin lebih tepatnya kamilah yang telah ditangkap) di BIK SK. Ya, memang kamilah yang telah ditangkap, karena "kebetulan demi kebetulan" telah dirancang Tuhan untuk menceburkan kami ke komunitas ini. Tidak ada teman alumni kampus, atau teman dari daerah asal, atau teman gereja yang membawa kami ke tempat ini. "Kebetulan-kebetulan" ini kami sebut sebagai kasih karunia.

Seseorang yang mengetahui ada harta sangat berharga di suatu tempat, pastilah akan rela mengejarnya begitu rupa, meskipun itu berarti harus melepaskan atau merelakan harga yang tidak kecil. Bagi kami, inilah harta itu, harta yang layak dikejar dan diperjuangkan, yaitu pertolongan agar terus dapat menikmati pernikahan yang kaya, memuaskan dan indah di dalam Tuhan. Harta itu adalah Tuhan sendiri. Harta ini jugalah yang ingin kami wariskan kepada anak, cucu dan cicit kami.

Ya, akhirnya kami harus mengucapkan selamat tinggal kepada kota Depok, terima kasih telah berbagi kebaikan selama 5 tahun kebersamaan kita. Dan selamat datang Kelapa Gading, be good to me yah. Kami orang asing yang hanya sementara di sana, mendirikan tenda (mengontrak) sampai waktunya tiba Tuhan yang membongkar tenda kami. Dan seperti Abraham, entah kemana lagi Dia akan mengutus kami meninggalkan segala kenyamanan kami.
Kami siap menjalani petualangan seru di tempat baru bersama Tuhan. Kami mengimani bahwa Tuhan yang sama yang telah memimpin kami sejauh ini melalui "up&down" kehidupan kami akan tetap dan terus setia memimpin kami melewati "up&down" lainnya di depan.