Menjadi wanita karir di ibu kota yang sekaligus seorang ibu
bukanlah hal yang mudah. Saya telah menjalaninya selama 2 bulan, pekerjaan yang
saaaaaangat berat. Makanya saya salut dengan para wanita yang masih sanggup
bertahan dengan jabatan ganda itu. Bayangkan saja, setiap hari saya bangun jam
4 memasak bekal buat saya dan suami di kantor. Jam stgh 6 berangkat menuju
stasiun. Kadang sempat menyusui dulu, kadang tidak. Saya turun di stasiun
gondangdia lalu jalan kaki ke kantor sekitar 15 menit. Sampai di kantor jam 7
langsung sarapan kemudian pumping. Pernah saya tidak sempat pumping karena
kerjaan lagi banyak. Baru pumping stgh 9 langsung deh tuh ASI tumpah sampai basah
kuyup karena terakhir dinenen Sigi jam 4 pagi. Sehari saya pumping 3 kali di
kantor. Sekali pumping menghabiskan waktu sekitar 1 jam (termasuk mencuci dan
mensteril breastpump). Jadi total 3 jam sehari untuk pumping di kantor. Biasa
jam istirahat saya pakai untuk pumping, kalau tidak begitu kerjaan gak kekejar,
terbengkalai. Itu saja saya merasa produktivitas saya di kantor menurun. Jam
pulang kantor jam 5, tetapi sampai di rumah baru sekitar jam 7 malam. Itupun
saya tidak bisa langsung memeluk Sigi karena perjalanan panjang berjejal2 di
kereta plus polusi jalanan ibu kota. Jadi biasanya saya merebus air dulu sambil
makan nunggu air mendidih. Lalu mandi, baru deh bisa pegang Sigi. Kadang dia
bisa tidur cepet kadang tidur malam juga. Setelah dia tidur, saya bangun
motong2 sayur buat persiapan masak besok pagi. Awal2 kerja, saya benar2 tepar.
Sampai kata suami, saya pernah ketiduran pules bgt sampai gak denger Sigi
nangis. Trus pas dibangunin suruh nyusuin Sigi katanya saya menolak sambil
bilang ngantuk. Akhirnya Sigi dikasih ASIP sama ayahnya. Tapi saya benar2 tidak
menyadarinya. Saat paginya diceritain suami, saya sedih sekali. Sejak saat itu
saya sangat berusaha untuk tetap terjaga kalau Sigi bangun (Sigi masih sering
bangun tengah malam sampai usia 3 bulanan).
Saya rasa cukup banyak wanita karir yang merasakan pengalaman
yang sama. Capek super duper parah (agak lebay sih bahasanya). Karena itulah
saya benar2 salut dengan teman2 yang masih bertahan bahkan sampai selesai
menyusui 2 tahun. Good job!!! Sayapun tidak menyangsikan diri saya sanggup
melakukan hal itu. Karena sudah belajar dari pengalaman teman2 di kantor, saya
sudah punya stok ASIP 50 botol saat cuti melahirkan berakhir. Dan setiap hari
hasil pumping di kantorpun lumayan. Kalau mau diteruskan, sayapun mampu, sama
seperti teman2 seperjuangan di kantor. Tapi sekarang saya bukan sedang menyerah
dengan kondisi. Saya memilih untuk menjalani panggilan saya. Terdengar seperti
sok rohani ya... tapi itulah yang terus Tuhan gaungkan di telinga saya. Sudah 2
bulan saya lari dari panggilan itu, tapi akhirnya tangan Tuhan yang kuatlah
yang menibakan saya di waktu ini, dengan profesi baru sebagai istri dan ibu
penuh waktu. Saya tidak bisa lari lagi, saya takut dipaksa Tuhan dengan cara
yang menyakitkan, jadi lebih baik taat sekarang. Panggilan itu Tuhan taruh di
hati saya sejak akhir tahun 2010, ketika saya belum bersuami. Ada banyak cerita
bagaimana Dia memanggil saya, yang terlalu panjang kalau ditulis di sini. Bagian
terbesarnya tentu lewat FirmanNya, terutama dari Titus 2 yang dibahas dengan lengkap
dan jelas di sebuah radio. Selain itu, internet memegang peranan besar dalam
saya menemukan panggilanNya.
3 minggu sudah saya beralih profesi, dan tentu saja rasa
capeknyapun gak jauh beda dengan profesi yang lama. Saya tetap bangun jam 4
pagi memasak bekal suami dan makan buat saya seharian. Lalu mencuci, menyapu
dan mengepel lantai. Saya sengaja melakukannya pagi2 sekali biar seharian bisa
menemani Sigi. Dia tipe bayi yang tidurnya sebentar2, harus ditemani sambil
sering dipukpuk saat bangun. Makanya pekerjaan rumah gak kepegang kl tidak
diselesaikan pagi2. Malamnya saat Sigi sudah tidur saya biasanya menyetrika,
motong2 sayur buat besok pagi sama cuci piring. Enaknya kalau di rumah bisa
istirahat ikut tidur pas Sigi tidur. Kalau ngantor ya paling tidurnya sambil
berdiri di kereta hehehe... Seminggu pertama di rumah sempet ngerasa bosen,
bingung mau ngerjain apa hal yang berguna buat otak. Mau belajar males.... Tapi
makin ke sini makin menikmati profesi baru ini. Banyaklah senengnya kalau mau
diceritain, terutama di bagian kepuasan bisa setiap saat breastfeeding Sigi,
menemani dia belajar hal2 baru di awal kehidupannya, memonitor perkembangannya
mulai dari motorik kasar, motorik halus, komunikasi dan kemandirian. Sekedar
informasi, Sigi lahir prematur di usia kehamilan 8 bulan dengan berat 2,085kg
panjang 44cm. Menurut Dsa kami, Sigi harus banyak dirangsang dan belajar agar
perkembangannya tidak ketinggalan. Sekarang sudah 4 bulan lebih Sigi belum bisa
tengkurap sendiri lho. Saya tetap sabar kok mengajari dia. Saya percaya tidak ada
hal yang sia-sia. Dan satu hal yang selalu menguatkan adalah ketika itu hari
Rabu 18 September 2013 pagi2 sebelum Sigi lahir, Tuhan sendiri telah berjanji
untuk memelihari kami dengan tangan-Nya yang kuat. Bukan hanya Sigi yang
dipelihara, tetapi KAMI.
Tak kutahu kan hari esok, namun langkahku tegap
Bukan surya kuharapkan, karena surya kan lenyap
O tiada ku gelisah, akan masa menjelang
Ku berjalan serta Yesus, maka hatiku tenang
Banyak hal tak kufahami, dalam masa menjelang
Tapi terang bagiku ini, tangan Tuhan yang pegang
Tak kutahu kan hari esok, mungkin langit 'kan gelap
Tapi Dia yang berkasihan, melindungiku tetap
Meski susah perjalanan, gelombang dunia menderu
DipimpinNya kubertahan, sampai akhir langkahku
Saya tahu ini keputusan yang mendatangkan perubahan besar
bagi kami sekeluarga. Kata orang, tidak mudah harus beradaptasi dengan dunia
baru yang terbiasa pagi sampai petang di luar rumah berinteraksi dengan banyak
orang, lalu sekarang 24 jam 7 hari seminggu di rumah mengatur rumah tangga. Belum
lagi ekonomi keluarga yang tinggal 50 persen dari biasanya. Tapi bagi saya ada
damai sejahtera dan sukacita yang melampaui segala akal yang diberikan Tuhan
Allah bagi saya. Justru yang menjadi beban buat saya adalah bagaimana menjadi
istri dan ibu yang baik buat suami dan anak saya. Setiap pagi saya bilang sama
Tuhan, saya takut kalau hari ini saya gagal mendidik anak saya dengan benar,
saya masih newbie pegang bayi dan saya sendiri di rumah. Sungguh saya lemah
Tuhan, tolong saya yang tidak berpengalaman ini. Saya takut beberapa tahun ke
depan ketika Sigi sudah besar, orang tidak melihat Sigi bertumbuh menjadi anak
yang baik dan memuliakanMu. Berarti saya gagal kan. Pasti akan banyak yang
mencela karena saya dianggap menyia-nyiakan pekerjaan baik yang Tuhan beri,
tapi tetap saja gagal menjadi ibu yang baik. Tolonglah saya Tuhan. Lalu dengan
lembut Dia menjawab, "cukuplah kasih karuniaKu bagimu, karena justru dalam
kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna". Amin Yesus.
-Bunda Sigi-
-Bunda Sigi-
Angga..terenyuh bacanya..sebentar lg aku jg akan merasakan hal yg sama..tinggal di Depok, desak2an di CL, bakal meninggalkan baby seharian..
BalasHapusGmn kabarnya Suci? Baby nya cewek apa cowok? Tinggal di Depok sebelah mana?? Be strong yah buat menjalani jabatan gandanya... semangat teruuuus!!!!
Hapusaku ga nyangka ngga, ternyata kamu benar2 merealisasikannya,,,,,,,,,,,,tetapi hidup memang harus memilih, dan kamu sudah memilih jalan terbaik sesuai dengan keinginanmu.....sukses dengan pilihanmu, semoga semuanya berkah dan membawa kebahagiaan sllu bagi keluargamu ngga.....Tuhan selalu memberkati............salam dari ari dan devi di bali untuk adik sigi ya.....^_^
BalasHapusHalo Bli.... salam balik buat mas Ari dan Kak Devi. Semua yang sering kita obrolin bareng itu bukan sekedar curcol idealisme Bli, tp itu benar2 kerinduan hati yg terdalam... ceileh bahasanya kwkwkwkw..
HapusTapi beneran Bli, saat aku menjalani impianku ini, hati rasanya penuh sukacitq bgt lho...
Tidak ada yang sia-sia Bunda Sigi.. menikmati adalah cara yang baik untuk menjalani untuk mendapatkan kepuasan hati..
BalasHapusSemangat anggaaaaa ..:hug hug
Mbak Nimaaaaang.... peluuuuk...
HapusSemua wejanganmu dulu sangat berarti lho buat persiapanku jd IRT, many thanks yah.... Aku sangat menikmati jabatan baru ini lho... puas bangetlah tiap hari nemenin Sigi