Rabu, 26 Februari 2014

Sigindut Bangga Punya Ayah Gentleman

Beberapa orang punya panggilannya sendiri buat Sigi. Pakde Argo manggil Sigi si cempluk, mbah Sarijan manggil Sigi si montok, ayah manggil Sigi embem atau Sigi embru, bunda manggil Sigindut trilili. Ternyata panggilan itu punya makna sama, intinya Sigi genduuuuuut. Kemarin waktu ketemu bu dokter cantik, bunda sempet kuciwa lihat berat badan Sigi cuma naik 600 gram padahal biasanya selalu di atas sekilo. Pas curcol sama bu dokter kenapa bulan ini cuma naik dikit malah diketawain, katanya Sigi naiknya buanyak banget. Dari lahir cuma 2 kg sekarang 5 bulan udah 7 kg, berarti udah 3 kali lebih berat lahir. Normalnya kalau bayi 6 bulan aja beratnya 2 kali berat lahir. Dan usia 5-6 bulan itu kenaikan berat badan bayi memang hanya berkisar 500-750 gram. Kalau tiap bulan naik sekilo terus, ntar setahun bisa 14 kg dong. Trus bunda masih aja protes, tapi bu dokter kenapa Sigi baru bisa tengkurep telentang sendiri menjelang 5 bulan? Biasanya kan 4 bulan udah bisa Bu. Jawab bu dokter "Dia keberatan badan bu, Sigi kan kegendutan". Hehehe iya juga ya, pas lihat tabel berat badan bayi baru nyadar kalau Sigi kegendutan, dengan berat 7 kg panjangnya cuma 61 cm. Betapa ayah dan bunda bersyukur perkembangan Sigi begitu bagus.

Sebenarnya kemarin itu jadwalnya Sigi imunisasi rotarix buat kekebalan diare. Tapi kondisi pencernaan Sigi sedang agak terganggu. Udah seminggu ini Sigi sering muntah dan kembung, trus beberapa hari terakhir juga pupnya jelek, keseringan. Bisa 3 sampai 4 kali sehari bahkan pernah sampai 5 kali, padahal biasanya cuma sekali sehari atau dua hari sekali. Kata bu dokter itu bisa jadi adalah diare karena Sigi suka masukin semua benda ke mulut, dijilat dan dikenyot. Padahal udah diawasi terus lho, tetep aja bisa kecolongan ngenyot-ngenyot. Ayah dan bunda tahu lho kalau Sigi sebenarnya sudah mengerti arti "no". Sigi udah mengerti dilarang jilat atau ngenyot, tapi suka sembunyi-sembunyi atau pura-pura ngucek mata trus langsung lhep jempolnya masuk mulut. Lebih ngeselin lagi kalau Sigi lagi nenen pura-pura pegang nenen bunda trus dari samping pojok bibir pelan-pelan masukin jempol sambil matanya nglirik bunda. Dikira bisa bohongin ayah bunda ya??? Itu jelek banget sayaaaaaang.

My son, observe the commandment of your father, and do not forsake the
teaching of your mother; Bind them continually on your heart; Tie them around
your neck. When you walk about, they will guide you; when you sleep, they will
watch over you; and when you awake, they will talk to you.
- Proverbs 6:20-22

Ayah dan bunda makin menyadari bahwa sejak bayipun manusia sudah membawa natur dosa. Gak ada yang ngajarin Sigi seperti itu tapi kok bisa dia mau bohongin kami orang tuanya. Benarlah memang Firman Tuhan bahwa semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Termasuk Sigi si bayi lima bulanpun sudah berbuat dosa, dan upah dosa adalah maut. Kami gak mau Sigi menerima maut kekal, kami mau Sigi menerima keselamatan kekal. Kami mau Sigi percaya dan mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan, Juru Selamatnya pribadi. Bagaimana Sigi bisa percaya bila dia tidak mendengar? Bagaimana dia bisa mendengar bila tidak ada yang memberitakan? Inilah tugas utama kami orang tua Sigi untuk setia memberitakan kabar keselamatan padanya, memperdengarkan injil Kristus setiap saat.

And these words, which I am commanding you today, shall be on your heart;
and you shall teach them diligently to your sons and shall talk of them when
you sit in your house and when you walk by the way and when you lie down
and when you rise up.
- Deuteronomy 6:6-7

Akhirnya imunisasi rotarix Sigi ditunda sampai tanggal 8 bulan depan dan Sigi diberi zink untuk melapisi usus dan bakteri baik laktoB untuk melawan bakteri jahat agar diarenya segera sembuh. Zink ini rasanya cukup menyengat sehingga awal-awal kami bingung bagaimana caranya minumin ke Sigi. Baru sampai setetes di lidah langsung disembur-sembur, kalau ketelen sampai tenggorokan malah muntah. Hari pertama kami gagal. Paginya kami coba beri lagi ternyata sama saja, Sigi muntah lagi. Akhirnya pas bunda ke gereja si ayah kasih Sigi ASIP yang sudah dicampur zink. Ayah sambil jelasin ke Sigi kalau ASIPnya ini punya bunda dicampur sama zink biar perut Sigi gak sakit lagi. Awalnya Sigi menolak, dotnya dipakai mainan digigit-gigit, tapi lama-lama mau juga. Memang si ayah cukup sabar nenenin Sigi pakai dot. Sampai 10 hari Sigi nenen dot ASIP plus zink tiap malam sama ayah.

Ayah Sigi gak cuma sabar lho, ayah juga hebat dan gentleman. Waktu nonton MTGW ada penonton yang bertanya apakah Pak MT mempersilakan sang istri mengejar karir saat masih muda dan belum mapan. Lalu Pak MT menjawab (ini kalimat saya, seingat saya, soalnya tidak saya rekam) itu adalah keputusan suami untuk tegas meletakkan istri pada tugas dan peranannya sebagai istri dan ibu, bukan pencari nafkah. Para pria gentleman harus dengan berani mengatakan saya akan mencari nafkah menghidupi istri dan anak saya. Lalu mengibaratkan orang memiliki kuda kesayangan seharga 2 milyar yang pasti akan dijaga sungguh-sungguh dan diberikan perawatan terbaik. Sedangkan anak jauh lebih berharga dari kuda, sungguh tak ternilai harganya, maka harus dijaga dan dipelihara dengan sangat baik oleh orang yang dapat dipercaya yaitu ibu. Pendidikan terbaik bagi seorang anak adalah oleh ibunya (baik pendidikan karakter, akademis maupun pendidikan iman -red. Ini tambahan saya sendiri-). Mendengar itu bunda langsung tersenyum bertatapan dengan ayah, lalu menoleh ke Sigi sambil bilang: kelak saat Sigi dewasa harus dengan bangga bilang "Sigi punya ayah hebat dan gentleman!!!" Ayah rela dan berani kerja sendiri buat keluarga kita lho. Bahkan saat ditanting mamah ti apakah yakin dengan keputusan resignnya bunda, dengan tegas ayah menjawab, saya yakin dan pasti akan bertanggung jawab, tidak akan membiarkan Angga dan Sigi kelaparan. Two tumbs up buat ayah ganteng!!! Kehebatan ayah masih banyak lagi nak, dan patut kamu teladani saat dewasa nanti. Tiap weekend ayah udah bisa belanja ke pasar sendiri berbekal catatan dari bunda, malah hari minggu ini ayah ke pasar tanpa catatan karena sudah kesiangan bunda gak sempat buat catatan. Bahkan si ayah yang dulu gak pernah nawar, sekarang udah jago nawar (setelah berguru sama bunda tentunya). Beras 50 ribu bisa didapat ayah seharga 48 ribu, lumayanlah irit 2 ribu hehehe. Kalau weekend di rumah, ayah juga selalu rajin ngerjain kerjaan rumah, cuci piring, cuci dan setrika baju, kadang nyapu ngepel. Makanya bunda selalu menghitung hari, berharap weekend segera tiba. Ternyata gak cuma dulu pas masih jadi pegawai, sekarang ibu rumah tanggapun mengharapkan weekend.


Sigi anakku sayang, ikutilah teladan ayahmu sebagai seorang lelaki yang bertanggung jawab. Contohlah ketegasannya dan kerendahan hatinya sebagai pemimpin keluarga kita yang mau ikut turun tangan melayani, mengerjakan kerjaan rumah. Dialah cerminan Allah Bapa di dunia ini yang memelihara Sigi, dan memastikan Sigi senantiasa merasa aman dan nyaman.

Minggu, 16 Februari 2014

Sigi Lupa Sama Ayah

Akhirnya terjawab juga pertanyaan kenapa minggu lalu Sigi nangis di gereja. Ternyata oh ternyata, Sigi udah kenal orang. Jadi hari itu Sigi tidur waktu naik motor ke gereja seperti biasa. Begitu saya duduk di bangku, beberapa saat kemudian Sigi bangun, jadilah saya dudukkan dia di pangkuan saya menghadap ke depan (Sigi sekarang sukanya dipangku ke depan). Awalnya dia anteng dengerin musik di gereja. Lalu saya mulai nyanyi, Sigi terlihat gelisah tolah toleh kanan kiri, lihat ayah di sebelah kiri diam tanpa ekspresi. Trus saya tanya Sigi kenapa sayang? Dia langsung balik badan dengan muka jumbek mau nangis. Saat saya peluk malah nangis kenceng super sopran pakai kejer gitu. Sontak saya lari keluar menenangkan tapi tangisannya makin heboh. Saya pikir dia pengen ganti popok atau ada bagian tubuhnya yang sakit. Saya panggil ayahnya, kita ganti popoknya trus berusaha nenangin dia tapi gk berhasil. Lalu kami bawa ke rumah koster gereja kami baringkan sebentar buka baju ngecek kalau-kalau ada bagian tubuhnya yang sakit. Tapi tidak kami dapati ada yang aneh dan kami pencet-pencet juga tidak ada yang sakit. Sigi tetap nangis kejer dan kenceng sampai ada ibu2 yang anaknya 4 bulan juga nyamperin sama baby nya, dia bilang kalau bayi nangis gitu biasanya karena ada badannya yang sakit atau pegel, coba dipijit saja. Nah, pengalaman dipijit, Sigi udah pernah pijit waktu usia 2 bulanan. Memang setelah dipijit badannya terlihat segar dan enakan. Sayangnya, itu tukang pijit pakai ilmu gaib, cerita kalau udah ngeluarin setan dari tubuh si A, si C dan lain-lain. Tentu saja saya dan suami tidak mau Sigi dipijit lagi kalau pakai ilmu gaib begitu. Beberapa tukang pijit bayi lain juga sama, pakai kuasa setan juga. Akhirnya saya putuskan untuk belajar memijit sendiri dari youtube, bukan dengan kuasa iblis tentunya, tapi kuasa dalam nama Yesus.

Oia, kembali ke cerita sebelumnya, setelah hampir satu jam kami tidak berhasil membuat Sigi berhenti menangis akhirnya kami bawa dia pulang. Begitu naik motor langsung diem trus tidur. Sampai di rumah masih lanjut tidur agak lama. Pas udah bangunlang ketawa sumringah seperti tidak pernah terjadi apa2. Jadilah kami berdua bingung, sebenarnya tadi itu Sigi kenapa. Pertanyaan ini akhirnya terjawab Sabtu malam kemarin saat Sigi kami ajak ke rumah Pak Roni untuk kebaktian sektor. Saat sampai di rumah Pak Roni melihat banyak orang, Sigi langsung diam seperti bingung. Teman-teman sektor seperti biasa suka heboh melihat Sigi, ada yang godain, cipika cipiki, trus Oma Bakubarapun pengen gendong. Saat digendong Oma, Sigi melihat saya langsung jumbek trus nangis kuenceng persis seperti saat di gereja. Lalu saya bawa ke kamar dianya baru diem (untungnya Bu Imelda, istri Pak Roni sudah menyiapkan kamar buat Sigi). Saat udah agak lama di kamar, udah tenang dan mau main lagi, saya ajak dia keluar lagi trus ketemu Kak Roma, trus digodain gitu eh lama-lama nangis lagi. Padahal dulu waktu lebih kecil pas di gereja Sigi mau di gendong Kak Roma lumayan lama. Saya bawa ke kamar lagi sampai tenang. Pas keluar lagi untuk ketiga kalinya, Sigi baru bisa adaptasi dengan keramaian dan banyak orang asing. Itupun kalau dia tidak melihat saya, langsung deh jumbek-jumbek mau nangis. Jadi kesimpulannya Sigi udah kenal sama orang dan takut sama orang asing. Kesimpulan ini diperkuat dengan kejadia Rabu lalu saat mbah Sarijan, teman gereja kami, main ke rumah. Saat Sigi digendong si embah, dia langsung melihat saya sambil jumbek trus nangis.

Hal serupa terjadi sama si ayah. Ceritanya ayah lagi flu, batuk, pilek, jadi gak berani deketin Sigi. Selama empat hari gak pernah gendong atau cium Sigi, paling cuman liatin aja agak jauh, kalau deket-deket biasanya pakai masker. Nah, waktu ayah hampir sembuh, ayah gendong Sigi waktu bunda lagi di dapur. Siginya langsung diem aja, trus dibawa ke dapur melihat saya memasak, Sigi langsung liatin saya terus. Begitu saya melihat dia, kami bertatap mata, Sigi langsung jumbek nangis. Habis itu seharian gak mau sama ayah, pasti langsung nangis. Besoknya setelah terus-terusan digodain dan dibujuk-bujuk akhirnya mau juga ikut ayah. Sekarang Sigi lengket banget sama kami berdua, terutama saya emaknya. Kalau nangis saya peluk langsung diem. Bangun tidur langsung miring kanan atau kiri mencari saya langsung dipeluk. Bersyukur banget rasanya. Apalagi kalau dibandingin sama zaman duku waktu saya masih kerja, kalau Sigi nangis, kami berdua susah banget dieminnya, begitu digendong utinya langsung diem cep. Padahal saya sama ayahnya udah bergantian diemin hampir sejam gak berhasil, tapi begitu kena tangan utinya langsung diem cep. Saya dan suami sedih sekali waktu itu, Sigi seperti gak kenal sama kami dan lebih deket sama kakung dan utinya. Sampai pernah malam-malam waktu ayahnya ada kegiatan gereja sampai larut, saya di kamar sendiri sama Sigi. Tiap kali Sigi ngak ngek nangis langsung saya nenenin, saya saking takutnya kalau uti masuk kamar saya lalu gendong Sigi dan dia langsung diam dalam sekejap seperti yang sudah-sudah. Saya pasti sedih sekali untuk kesekian kalinya. Tapi yang saya lakukan dengan terus-terusan menyusui Sigi juga hal yang salah karena akhirnya membuat Sigi muntah banyak banget sampai selimutnya harus dicuci saking banyaknya kena muntahan Sigi. Kenangan yang buat hati nyeseklah itu.

Memang benarlah kalau bayi itu suka dan nyaman dengan orang yang paling sering bersamanya, yang selalu di dekatnya, yang mendekap di saat dia nangis dan mengajar di saat dia rewel. Saya bersyukur dan menyadari betapa berharganya waktu-waktu yang hangat setiap hari bersama Sigi. Masa kecilnya gak lama, cuman 6 bulan dia tergantung penuh sama ASIX dan gendongan kita, setelah itu MPASI dia mulai merangkak. Satu tahun dia sudah makan nasi seperti yang kita makan dan mulai berjalan lalu berlari. Cepat sekali waktu berlalu dan setahun itu jangka waktu yang amat pendek. Sekarang saja tidak berasa Sigi udah mau 5 bulan, kalau tiap detik bersamanya tidak dinikmati, nanti gak sadar tiba-tiba dia udah bisa lari aja. Udah main sama teman-temannya, makin susahlah buat dekat sama orang tuanya. Padahal dengan siapa anak itu semakin dekat, maka makin taat dan makin miriplah dia dengan orang itu.

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang daripada jalan itu. Ams 22:6

Ini adalah amanat Tuhan bagi kami, orang tua Sigi dan adik2nya kelak. Tanggung jawab untuk membawa jiwa anak-anak kepada Allah Bapa, untuk percaya kepada Tuhan Yesus dan hidup dibimbing Roh Kudus, adalah tanggung jawab ayah dan bunda. Kami menyadari tidak dapat menuntun Sigi kepada jalan kebenaran itu bila tidak mengabdikan diri penuh waktu untuk mengerjakan tanggung jawab ini. Sudah penuh waktupun kuberikan, tetap tidak akan berhasil tanpa kasih karunia dari Tuhan. Sigi, sejak engkau muda, kami mau senantiasa mendidikmu menurut jalan yang patut bagimu, yaitu jalan kebenaran menuju keselamatan jiwamu. Hingga kelak pada masa tuamu, engkau akan hidup menuruti kebenaranNya, tidak akan menyimpang dari jalanNya, hidup untuk memuliakan namaNya.

Sesungguhnya anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada Tuhan, dan buah kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Maz 127:3-4


Sigi, kamu adalah milik pusaka dari pada Tuhan. Kamu adalah anak Allah Bapa di Surga yang dititip ayah bunda untuk dicintai dan dididik. Sehingga hidupmu laksana anak-anak panah di tangan pahlawan, yang akan melesat tepat sasaran. Tidak meleset dan tidak kekurangan tenaga. Kamu dipelihara Allah Bapa di sorga dan harus taat kepada-Nya. Allah Bapamu memberikan otoritas kepada kami orang tuamu, jadi kamupun harus taat kepada kami. Setiap hari kami doakan kamu memiliki hati yang taat. Bunda sudah kasih contoh bagaimana meresponi panggilan Tuhan dengan hati yang taat. Ikutilah teladan itu ya Nak. Apapun, di manapun dan bagaimanapun nanti Tuhan memanggilmu, jalanilah dengan hati yang sungguh dan penuh sukacita.

Sabtu, 15 Februari 2014

Edisi Valentine: Drama romantis Sigi dan bunda

Bagi saya, mendidik anak bayi itu bukan gampang gampang susah, tapi susah susah susyaaaaah. Betapa tidak, bayi itu belum bisa ngomong, bisanya baru ngoceh, tertawa dan menangis. Yang bagian ngoceh dan tertawanya tentu saja seru apalagi kalau dibarengi kaki tangan yang terus gejol-gejol riang tak kenal lelah. Tapi kalau sudah nangis, bukan sekedar nangis ringik-ringik tapi teriak kejer sampai se-erte denger, langsung deh pusing 7 keliling. Kejadian pertama setelah imunisasi pediacel, malamnya Sigi nangis kejer dan lama ternyata karena kesakitan bekas suntikannya bengkak. Kejadian kedua minggu lalu, saat sampai di gereja Sigi bangun lalu saya dudukkan menghadap ke depan. Beberapa saat kemudian Sigi tingak tinguk, trus noleh ke ayahnya lalu balikin muka melihat saya langsung deh jumbek jumbek trus nangis. Begitu saya bawa keluar langsung nangis kejer nan kenceng lama pisaaaaan. Sampai sekarang saya masih belum yakin 100% apa penyebabnya. Kemungkinan karena dia sama sekali belum melihat saya, langsung saya hadapkan ke depan melihat banyak orang yang belum dia kenal, atau mungkin ada bagian tubuhnya yang sakit, entahlah saya tidak tahu. Kejadian ketiga Kamis kemarin saat saya latih dia tengkurep telentang sendiri. Awalnya dia ringik-ringik tapi saya godain terus, kalau ngeringik lagi saya alihkan lagi perhatiannya. Sepertinya lama-lama dia bosan dan kesel seharian diplonco emaknya di dalam kamar. Akhirnya meledaklah tangisan super sopran gak pakai intro, sampai kejer gitu. Begitu digendong berdiri, dipeluk sama diciumin baru diem.

Kejadian keempat, yang terakhir ini yang paling yahud, saya kasih judul drama romantis Sigi-bunda. Hari ini seperti biasa saya sedang melatih dia tengkurep-telentang sendiri, dan dengan bangga saya katakan Sigi sudah semakin mahir :feeling proud. Sigi mulai ngeringik sepertinya minta keluar dari kamar, bosan dan ngantuk. Lalu saya nenenin trus timang-timang sebentar tapi dia tidak mau ditimang-timang. Akhirnya saya gendong berdiri (posisi favorit Sigi) sambil saya ajak ngobrol di halaman rumah. Setelah cukup lama, sayapun capek dan Sigi mulai mengucek2 mata tanda ngantuk. Saya bawa ke kamar lagi, niatnya mau dikelonin sambil nenen, biasanya kalau mau bobok seperti itu. Eh dianya malah ringik-ringik lagi gak mau bobok, minta maen terus di luar. Akhirnya saya diamkan sesaat sambil puk puk pantatnya ngajak bobok. Siginya malah mengeluarkan jurus super sopran pakai kejer tanpa intro. Saya sampai ngelus dada. Saya diemin sambil saya cium-cium, malah makin menjadi tangisannya. Trus saya tinggal tidur saja di sebelahnya agak jauhan. Eh, dalam sekejap dianya malah diem. Trus saya dekati dia nangis lagi seperti merengek gak mau tidur. Saya tinggal tidur lagi di sebelahnya agak jauh, saya tutup mata saya pakai tangan. Sigi berusaha nahan nangisnya, embrem embrem gitulah suaranya. Setelah tenang dia melihat saya trus miringin badan sambil ngasih tangan minta dipeluk. Saya gak langsung peluk, saya buka mata pandang-pandangan sama dia trus nanya, udah selesai nangisnya? Embrem embrem jawabnya. Saya peluk langsung tidur berdua deh kita. Mau tidur aja mesti main drama dulu -.-

Malamnya susah tidur lagi, maunya maen gejol2 mulu ampe basah keringet semua. Saya bobokin di kamar gak tidur-tidur lalu saya bawa ke ruang TV. Dia gejol2 lagi sambil ngoceh2 seru sendiri, lumayan lama hampir setengah jam. Udah mulai redup matanya, saya bobokin sambil nenen, tapi gerak-gerak mulu tangan dan kakinya gak tidur-tidur. Alhasil dia kekenyangan tapi masih belum bobok. Mau rewel lagi ceritanya. Akhirnya saya miringin, peluk sama ciumin terus, eh lama-lama bobok juga. Kesimpulan saya untuk melawan jurus super sopran tanpa intronya Sigi musti pakai jurus tutup mata, trus peluk cium sampai bobok.

Orang tua saya bilang kalau bayi nangis jangan dibiarkan, musti ditenangin sama dikasih apa maunya. Tapi saya baru dikasih tahu saat usia Sigi sudah 3 bulan dan sudah beberapa kali nangis kita biarkan. Saya dan suami berpikiran bahwa kalau si anak sedari bayi sudah terbiasa diturutin semua kemauannya, kelak dia akan jadi raja-raja kecil yang selalu ingin kemauannya terpenuhi, manja dan tidak bisa mandiri. Kami sepakat kalau Sigi nangis untuk kebutuhan dia atau karena ketidaknyamanan yang wajar atau sedang sakit, bolehlah kita ikutin atau turutin dia. Tapi kalau nagisnya karena manja atau karena hal2 yang kami larang trus dia tetep bandel sampai nangis (misal ngenyot jempol menjelang tidur saat sudah kekenyangan nenen), kami tidak boleh menuruti kemauannya membiarkan ngenyot jempol atau mengalihkan perhatiannya dengan ditimang-timang. Sigi harus belajar kalau yang dia lakukan itu salah, walaupun konsekuensinya dia harus kami biarkan menangis. Sebenarnya saya sempat kuatir membiarkan dia menangis tanpa kami tolong, karena menurut mama saya itu bisa membuat dia gampang sakit hati dan ngembekan. Makanya waktu kejadian drama tangisan Sigi di atas saya sempat bingung ini anak baiknya digimanain ya. Saya teriak2 dalam hati, duh Gusti piye iki, bocah iki kudu diapakna ben ngerti, ben pinter ora rewel2 -.- Trus dikasih hikmat buat tutup mata, peluk dan cium tadi. Waktu pura-pura tutup mata saya sempat terpikir juga jangan2 dia jadi secara tidak sengaja saya ajari berpura2. Makanya saya trus tutup mata saya pakai tangan. Memang bener mendidik anak itu gak gampang. Kalau cuman sekadar menyusui, memandikan, memotong kuku, membersihkan telinga dan hidung, bisalah itu jadi rutinitas yang gampang. Tapi bagian mendidik anak punya hati yang taat, sungguh saya butuh hikmat dan kasih karunia Tuhan.

Sabtu, 08 Februari 2014

Diary Bunda Sigi

Sigi 1 bulan beratnya udah 2,985kg panjangnya nambah 3 cm jadi 47cm trus lingkar kepala nambah secenti jadi 34cm. Nenennya makin banyak dan udah pinter ngenyot, tapi kl ngeden mau pup atau pipis msh suka nangis. Kentutnya udah agak berkurang, gak sebanyak minggu lalu. Sigi udah ikut KTB sekali Sabtu kmrn di rumah. Dapet kado buanyaaaaak bgt sampe ayah bundanya gak perlu beli barang2 lagi soalnya semua sudah tersedia. Tuhan benar2 menepati janjiNya untuk memelihara Sigi dengan kekuatannya. Sekarang saya makin yakin pada setiap janji Tuhan dan mempercayakan penuh Sigi pada pemeliharaan Tuhan.

Banyak yang sudah Sigi alami di awal kehidupannya bersama Tuhan. Dia harus lahir sebulan lebih awal dengan berat badan rendah, 2.085kg karena saya mengalami ketuban pecah dini. Kami tidak berani mengambil resiko untuk persalinan normal karena air ketuban sudah banyak berkurang dan Sigi belum turun kejalan lahir. Akhirnya hari Rabu Sigi dilahirkan sc setelah menjalani pematangan paru selama 2 hari di perut saya. Hari Sabtu saat saya sudah boleh pulang tapi Sigi masih harus tinggal di RS 2 hari lagi untuk fototerapi karena bilirubinnya tinggi. Saat itu saya sedih sekali karena harus meninggalkan Sigi sendiri di RS. Rasanya lengkap sudah kesulitan yang dialami Sigi, dia lahir prematur dengan berat badan rendah, ditambah lagi sekarang dia kuning dan ASIku belum banyak keluar sehingga dia harus minum sufor. Saya meninggalkan Sigi di RS dengan linangan air mata. Akhirnya sampai di rumah  saya pompa Payudara saya setiap 2 jam walaupun dapetnya cuman sesendok dua sendok tetap saya kumpulkan, niatnya mau dikasih Sigi besok pagi ke RS. Semalaman saya tidak bisa tidur, rasanya kangen banget sama Sigi. Saya berdoa minta Tuhan tolong agar besok Sigi mau menyusu di payudara saya sampai puas. Puji Tuhan ternyata keesokan paginya Suami dapet telp dari RS mengabarkan kalau Sigi sudah boleh pulang. Kami sungguh bersukacita Sigi cukup sehari saja di phototerapi dan minum sufor. Segeralah kami menjemput Sigi ke RS. Sampai di rumah saya langsung menyusui dia terus2an. Ditambah lagi kami suapin Sigi ASIP pakai sendok soalnya dia kadang males nenen kalau udah lewat 2 jam gak nenen.

Sigi 5 minggu kalo ditengkurepin suka ngangkat2 kepala sambil noleh2 sebentar trus kecapekan. Kalo dimandiin seneng banget, kakinya nendang2 trus kalo diangkat dari air lgsg teriak baru diem kalo udah dibungkus handuk. Matanya Sigi suka cari sumber suara. Saat saya bunyikan tangan dia langsung lihat tapi pandangan matanya belum bisa ikutin gerak bunyi2an tadi. Sigi udah bisa diajak ke gereja yang jam 6 pagi, kita naik angkot bertiga udaranya masih segar. Di gereja dia anteng banget, bobok terus, bangun sekali doang buat nyusu trus bobo lagi.

Sigi 6 minggu kalo telungkup ngangkat kepalanya makin tinggi, makin suka ditelungkupin. Udah 2 kali pup pas ditelungkupin. Sekarang pandangan matanya udah sedikit bisa ngikutin obyek yg bergerak.

Sigi 7 minggu pas hari Rabu malam nangis semalaman gak mau tidur. Sampai akhirnya saya marahi dia diem aja, berhenti nangis beberapa saat trus nangis lagi. Subuh baru mau tidur :( setelah itu tidur terus seharian sampai stgh4 habis mandi baru bangun. Puji Tuhan malamnya udah anteng, gak rewel lagi. Cuma bangun 3 kali buat nyusu. Sigi makin pinter, kalo diajak ngobrol suka memperhatikan. Makin suka digendong pakai jarit sama kakungnya. Kalau nangis suaranya makin kenceng, sopran banget deh....

13 nov Sigi masuk angin, rewel siang malam.... akhirnya perut, punggung, kaki sama ubun2nya dibalur bawangmerah trus ditengkurepin, Sigi baru bisa kentut sama eek trus muntah. Habis itu badannya udah enakan jd bisa bobok nyenyak. Diberkati untuk menjadi berkat, itu tema hidup Sigi hari ini. Si bibi bilang ada tetangganya yg baru melahirkan sendiri di rumah tanpa bantuan sengaja gak bilang2 krn gak punya uang. Trus dia gak punya perlengkapan apapun untuk si baby. Akhirnya Sigi bagi kadonya dia ke si Baby, ada paket zwitsal, handuk, popok, baju sama timal flanel.

Sigi 2 bulan
Hari pertama bunda ngantor kata Uti Sigi gelisah dari pagi gak mau tidur sampai siang. Bunda di kantor sih gak gitu keinget Sigi. Pas di kereta baru deh rasanya kangen banget. Di kantor pumping dapet hampir 4 botol. Di rumah pumping lagi 1 botol lebih, jadi total 5 botol ASIP. Sigi mimik ASIP nya 420ml.
Hari kedua bunda bangun pagi buat masakin bekelnya ayah bunda, e malah malemnya kecapekan sampai gk denger Sigi nangis, bahkan kata ayah sampai bunda gak mau nyusuin Sigi bilang kalo ngantuk. akhirnya Sigi dikasih ASIP botol, sedihnya.... Tapi bunda sama sekali gak inget lho, bener2 tepar. akhirnya hari ketiga bunda gak masak takut kejadian kmrn terulang lagi. Kamis Jumat bunda gak masuk kerja jadi bisa berduaan aja di rumah seharian sama Sigi soalnya uti sama kakungnya ke Bogor, eyang putri Bogor meninggal. Bunda dan Sigi seneng banget bisa menikmati waktu berduaan lagi. Bunda tetep pumping dapet 2 botol tiap hari. Siginya juga anteng. Puji Tuhan....
Sigi 2 bulan 1 minggu diajak ke gereja pagi naik motor. Untungnya sehat2 aja hehe.... 2 bulan 2 minggu Sigi hobi ngenyot jempol, kadang 4 jari masuk mulut semua, kadang 2 jempol dikenyot sampai bunyi trus belepotan. Sigi suka main ludah juga. Kalau minum pakai botol kadang gak mau, dari ogah sampai ngambek marah krn dotnya gak seenak nenennya bunda.
2 bulan 3 minggu pup Sigi 3 hari ini berbusa2 banyak gt tapi kata dr. Intan si bu dokter cantik Sigi gpp kok, emang normal2 aja. Puji Tuhan hari ini udah gak gt banyak busanya. Kata bu dokter c krn perubahan pencernaan.

Hari ini Sigi pas 3 bulan, makin ndut ;)
23 Desember 2013 Sigi mogok minum ASIP. Terakhir nenen jam 5 pagi sblm bunda brgkt kantor. Sampai jam 11 siang bunda ditelp ayah katanya Sigi blm minum sama sekali, kalau dipaksa pakai dot malah nangis. Akhirnya bunda buru2 pulang sambil sms Uti minta suapin Sigi pakai cup feeder dulu soalnya perjalanan pulang sejam kasian kl Sigi musti nunggu sampai jam 12. Puji Tuhan dia mau walaupun banyak ASIP yg tumpah. Begitu saya sampai rumah Sigi lgsg saya susuin kanan kiri. Sepertijya dia lapar sekali. Jadi mikir ni apa Sigi minta bundanya cepet2 berhenti kerja dan ngerawat dia di rumah aja....
Untungnya waktu dotnya diganti pigeon Sigi lgsg mau. Yah untuk sementara Sigi pakai pigeon dulu sambil nunggu cutinya bunda disetujui...

16 Jan bunda di WA ayah katanya uti dadanya sakit jd gk bisa gendong Sigi dulu, Sigi gk mau minum ASIP kl sama kakung. Akhirnya bunda pulang siang. Hari Jumat sbnrnya uti udah sakit seninnya bunda gk masuk krn ayah ke yogya, trus selasa hari libur. Rabu masuk ternyata Sigi agak rewel jd uti kecapekan lg makanya kamisnya jd sakit lg. Akhirnya Kamis-Jumat Bunda cuma ngantor setengah hari. Bunda ngajuin cuti tahunan 8 hari trus lgsg resign, gk mau nunda2 lg ah takut ntar malah knp2. Eh malah mamah ti yg sakit gara2 stres bunda resign. Jadi pusing deh...

Bunda tetep pengen terus mengutamakan Sigi. Bunda doain mamah ti dan kakung sehat dan bahagia, uangnya banyak biar gak usah stres atau kuatir macem2. Dan kelak mereka akan mengerti knp bunda mengambil keputusan ini. Mereka akan sadar kl inilah keputusan yg dimintaTuhan, buat bunda mengemban tanggung jawab sbg ortu dg baik.

Saya Tidak Bisa Lari Lagi

Menjadi wanita karir di ibu kota yang sekaligus seorang ibu bukanlah hal yang mudah. Saya telah menjalaninya selama 2 bulan, pekerjaan yang saaaaaangat berat. Makanya saya salut dengan para wanita yang masih sanggup bertahan dengan jabatan ganda itu. Bayangkan saja, setiap hari saya bangun jam 4 memasak bekal buat saya dan suami di kantor. Jam stgh 6 berangkat menuju stasiun. Kadang sempat menyusui dulu, kadang tidak. Saya turun di stasiun gondangdia lalu jalan kaki ke kantor sekitar 15 menit. Sampai di kantor jam 7 langsung sarapan kemudian pumping. Pernah saya tidak sempat pumping karena kerjaan lagi banyak. Baru pumping stgh 9 langsung deh tuh ASI tumpah sampai basah kuyup karena terakhir dinenen Sigi jam 4 pagi. Sehari saya pumping 3 kali di kantor. Sekali pumping menghabiskan waktu sekitar 1 jam (termasuk mencuci dan mensteril breastpump). Jadi total 3 jam sehari untuk pumping di kantor. Biasa jam istirahat saya pakai untuk pumping, kalau tidak begitu kerjaan gak kekejar, terbengkalai. Itu saja saya merasa produktivitas saya di kantor menurun. Jam pulang kantor jam 5, tetapi sampai di rumah baru sekitar jam 7 malam. Itupun saya tidak bisa langsung memeluk Sigi karena perjalanan panjang berjejal2 di kereta plus polusi jalanan ibu kota. Jadi biasanya saya merebus air dulu sambil makan nunggu air mendidih. Lalu mandi, baru deh bisa pegang Sigi. Kadang dia bisa tidur cepet kadang tidur malam juga. Setelah dia tidur, saya bangun motong2 sayur buat persiapan masak besok pagi. Awal2 kerja, saya benar2 tepar. Sampai kata suami, saya pernah ketiduran pules bgt sampai gak denger Sigi nangis. Trus pas dibangunin suruh nyusuin Sigi katanya saya menolak sambil bilang ngantuk. Akhirnya Sigi dikasih ASIP sama ayahnya. Tapi saya benar2 tidak menyadarinya. Saat paginya diceritain suami, saya sedih sekali. Sejak saat itu saya sangat berusaha untuk tetap terjaga kalau Sigi bangun (Sigi masih sering bangun tengah malam sampai usia 3 bulanan).

Saya rasa cukup banyak wanita karir yang merasakan pengalaman yang sama. Capek super duper parah (agak lebay sih bahasanya). Karena itulah saya benar2 salut dengan teman2 yang masih bertahan bahkan sampai selesai menyusui 2 tahun. Good job!!! Sayapun tidak menyangsikan diri saya sanggup melakukan hal itu. Karena sudah belajar dari pengalaman teman2 di kantor, saya sudah punya stok ASIP 50 botol saat cuti melahirkan berakhir. Dan setiap hari hasil pumping di kantorpun lumayan. Kalau mau diteruskan, sayapun mampu, sama seperti teman2 seperjuangan di kantor. Tapi sekarang saya bukan sedang menyerah dengan kondisi. Saya memilih untuk menjalani panggilan saya. Terdengar seperti sok rohani ya... tapi itulah yang terus Tuhan gaungkan di telinga saya. Sudah 2 bulan saya lari dari panggilan itu, tapi akhirnya tangan Tuhan yang kuatlah yang menibakan saya di waktu ini, dengan profesi baru sebagai istri dan ibu penuh waktu. Saya tidak bisa lari lagi, saya takut dipaksa Tuhan dengan cara yang menyakitkan, jadi lebih baik taat sekarang. Panggilan itu Tuhan taruh di hati saya sejak akhir tahun 2010, ketika saya belum bersuami. Ada banyak cerita bagaimana Dia memanggil saya, yang terlalu panjang kalau ditulis di sini. Bagian terbesarnya tentu lewat FirmanNya, terutama dari Titus 2 yang dibahas dengan lengkap dan jelas di sebuah radio. Selain itu, internet memegang peranan besar dalam saya menemukan panggilanNya.

3 minggu sudah saya beralih profesi, dan tentu saja rasa capeknyapun gak jauh beda dengan profesi yang lama. Saya tetap bangun jam 4 pagi memasak bekal suami dan makan buat saya seharian. Lalu mencuci, menyapu dan mengepel lantai. Saya sengaja melakukannya pagi2 sekali biar seharian bisa menemani Sigi. Dia tipe bayi yang tidurnya sebentar2, harus ditemani sambil sering dipukpuk saat bangun. Makanya pekerjaan rumah gak kepegang kl tidak diselesaikan pagi2. Malamnya saat Sigi sudah tidur saya biasanya menyetrika, motong2 sayur buat besok pagi sama cuci piring. Enaknya kalau di rumah bisa istirahat ikut tidur pas Sigi tidur. Kalau ngantor ya paling tidurnya sambil berdiri di kereta hehehe... Seminggu pertama di rumah sempet ngerasa bosen, bingung mau ngerjain apa hal yang berguna buat otak. Mau belajar males.... Tapi makin ke sini makin menikmati profesi baru ini. Banyaklah senengnya kalau mau diceritain, terutama di bagian kepuasan bisa setiap saat breastfeeding Sigi, menemani dia belajar hal2 baru di awal kehidupannya, memonitor perkembangannya mulai dari motorik kasar, motorik halus, komunikasi dan kemandirian. Sekedar informasi, Sigi lahir prematur di usia kehamilan 8 bulan dengan berat 2,085kg panjang 44cm. Menurut Dsa kami, Sigi harus banyak dirangsang dan belajar agar perkembangannya tidak ketinggalan. Sekarang sudah 4 bulan lebih Sigi belum bisa tengkurap sendiri lho. Saya tetap sabar kok mengajari dia. Saya percaya tidak ada hal yang sia-sia. Dan satu hal yang selalu menguatkan adalah ketika itu hari Rabu 18 September 2013 pagi2 sebelum Sigi lahir, Tuhan sendiri telah berjanji untuk memelihari kami dengan tangan-Nya yang kuat. Bukan hanya Sigi yang dipelihara, tetapi KAMI.

Tak kutahu kan hari esok, namun langkahku tegap
Bukan surya kuharapkan, karena surya kan lenyap
O tiada ku gelisah, akan masa menjelang
Ku berjalan serta Yesus, maka hatiku tenang

Banyak hal tak kufahami, dalam masa menjelang
Tapi terang bagiku ini, tangan Tuhan yang pegang

Tak kutahu kan hari esok, mungkin langit 'kan gelap
Tapi Dia yang berkasihan, melindungiku tetap
Meski susah perjalanan, gelombang dunia menderu
DipimpinNya kubertahan, sampai akhir langkahku


Saya tahu ini keputusan yang mendatangkan perubahan besar bagi kami sekeluarga. Kata orang, tidak mudah harus beradaptasi dengan dunia baru yang terbiasa pagi sampai petang di luar rumah berinteraksi dengan banyak orang, lalu sekarang 24 jam 7 hari seminggu di rumah mengatur rumah tangga. Belum lagi ekonomi keluarga yang tinggal 50 persen dari biasanya. Tapi bagi saya ada damai sejahtera dan sukacita yang melampaui segala akal yang diberikan Tuhan Allah bagi saya. Justru yang menjadi beban buat saya adalah bagaimana menjadi istri dan ibu yang baik buat suami dan anak saya. Setiap pagi saya bilang sama Tuhan, saya takut kalau hari ini saya gagal mendidik anak saya dengan benar, saya masih newbie pegang bayi dan saya sendiri di rumah. Sungguh saya lemah Tuhan, tolong saya yang tidak berpengalaman ini. Saya takut beberapa tahun ke depan ketika Sigi sudah besar, orang tidak melihat Sigi bertumbuh menjadi anak yang baik dan memuliakanMu. Berarti saya gagal kan. Pasti akan banyak yang mencela karena saya dianggap menyia-nyiakan pekerjaan baik yang Tuhan beri, tapi tetap saja gagal menjadi ibu yang baik. Tolonglah saya Tuhan. Lalu dengan lembut Dia menjawab, "cukuplah kasih karuniaKu bagimu, karena justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna". Amin Yesus.

-Bunda Sigi-

Catatan Ayah untuk kelahiran Sigi

September 2013 menjadi bulan yang menegangkan sekaligus membahagiakan bagi rumah tangga kami yang usianya menginjak tahun ketiga. Bulan dimana Tuhan kembali menyatakan kuasa dan penyertaan-Nya bagi kami berdua plus satu anggota keluarga baru, Krisna Sigi Widyanto.

Senin, 16 September pk 04.30 WIB, istri saya, Eliani Angga Safitri, terbangun dan menyadari bahwa celananya sudah basah. Ternyata Ketuban Pecah Dini. Usia kandungan saat itu baru 35 minggu. Kami panik dan secepatnya menuju RS terdekat dari kosan kami yaitu RS Carolus. Namun kami tidak mendapatkan penanganan yang baik, akhirnya kami memutuskan untuk segera meluncur ke RS Mitra Keluarga Depok, tempat Angga biasanya kontrol kandungan.

Suatu pelajaran bahwa sebaiknya tempat kontrol kandungan merupakan tempat yang akan dijadikan tempat bersalin supaya rekam medis sejak kandungan tercatat dengan lengkap. Dokter akan lebih mudah mengambil keputusan karena mengetahui riwayat bayi sejak dalam kandungan. Kami kemarin berpikiran bahwa kami kontrol di RS Mitra Keluarga saja karena sudah menemukan dokter yg bagus, tetapi akan bersalin di RS lain yg lebih murah. Kontrol di RS tujuan bersalin nanti-nanti saja waktu usia kandungan sudah 8 bulan. Ternyata gak kesampaian. Sepertinya anak kami emang gak pengen lahiran sama dokter yang lain. Hehehe

Angga langsung opname di hari itu juga. Dokter merencanakan proses bersalin dilakukan pada hari Rabu tanggal 18 September. Dokter memberikan obat untuk pematangan paru-paru Sigi dan obat untuk menahan kontraksi. Overall kondisi Sigi di waktu ini baik. Denyut jantungnya dicek setiap 3 jam sekali dan hasilnya selalu bagus. Angga dan saya terus berbicara kepada Sigi untuk terus kuat dan sabar di dalam perut bundanya sampai tanggal 18 september. Kami terus berdoa supaya Sigi dan Angga sehat dan bisa lahiran normal karena dari awal kehamilan kami sangat ingin lahiran normal.

Tapi betapa sedihnya kami, terlebih Angga, ketika dokter melakukan visitasi dan memeriksa kondisi Angga dan Sigi pada Rabu pagi. Jumlah air ketuban Angga, dari skala 1-10, ada di posisi 6,5. Artinya air ketuban sudah sedikit. Proses kelahiran normal membutuhkan air ketuban yang cukup, bukan hanya sebagai “pelumas” bayi saat keluar dari rahim, tapi juga menjaga bayi dari tekanan rahim saat kontraksi. Akan sangat beresiko bila dilakukan persalinan normal. Satu hal yang membuat kami tenang adalah kondisi Sigi baik, denyut jantung normal. Akhirnya kami sepakat untuk menjalani operasi caesar.

Angga sangat terpukul dan menangis sejadi-jadinya waktu dokter pergi dari kamar rawat. Saya bisa melihat rasa kecewanya tidak bisa lahiran normal. Mungkin ada penyesalan juga disana. Tapi kami memang tidak bisa melawan kehendak Tuhan. Kami memutuskan pasrah saja pada rencana Tuhan. Toh kekhawatiran kami tidak akan mengubah apapun kecuali merusak sukacita dan rasa syukur kepada Sang Empunya Hidup.

Singkat cerita, pk 14.36 WIB hari Rabu tanggal 18 September 2013, Sigi lahir ke dunia melalui operasi caesar. Beratnya 2,085 kg dan panjang 44 cm. Proses operasinya ternyata cepat. Hanya sekitar 15-20 menit setelah masuk ruang operasi, Sigi udah keluar. Sigi sempat IMD sebentar dan langsung dibawa suster ke inkubator supaya Sigi hangat karena ruangan operasi luar biasa dingin (kata Angga sih gitu). Sigi begitu mungil tapi lincah sekali. Tangan dan kakinya seolah tidak mau diam.

Sesaat setelah saya diperbolehkan melihat Sigi, saya sempatkan untuk mengambil foto dan videonya. Ada sedikit rasa lega ketika proses persalinan sudah berjalan dengan baik. Angga dan Sigi selamat. Saya begitu mengucap syukur.

Sekitar 6 jam setelah persalinan, untuk pertama kalinya Sigi dibawa ke pelukan Angga. Sebelumnya Angga udah gak sabar pengen meluk dan cium anak pertamanya yang selama ini hanya bisa dirasakannya dalam perut. Angga pun diminta untuk menyusui Sigi. Suster memberitahu bahwa Sigi harus banyak minum ASI agar berat badannya segera naik dan resiko “kuning” bisa diminimalisir, walaupun Sigi masih akan kesulitan saat menyusui.

Benar saja, Sigi memang belum terlalu antusias untuk menyusu walaupun ASI sudah mulai keluar. Bahkan dokter kandungan Angga bilang, “wah, ASI Ibu banyak juga ya…”. Kata suster sih refleks bayi untuk menyusu itu biasanya muncul saat umur kandungan 38 minggu. Sigi waktu lahir umur kandungannya 35 minggu. Jelas saja dia masih emoh untuk menyusu. Tapi Angga terus memaksa Sigi untuk menyusu. Memang dari awal kehamilan, Angga sudah berniat akan memberikan ASI kepada Sigi. Makanya Angga gak pernah menyerah. Saya sungguh bersyukur memiliki istri yang begitu ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Saya bersyukur Angga adalah ibu dari anak saya.

Hari Sabtu, 21 Oktober 2013, tangisan Angga pecah kembali saat hasil pemeriksaan darah Sigi menyatakan bahwa kadar Bilirubinnya ada di angka 12,8 dari nilai normal 0-10. Kekhawatiran kami bahwa Sigi akan “kuning” benar-benar terjadi. Sigi harus di phototherapy agar kadar Bilirubinnya bisa segera turun. Dokter memperkirakan memakan waktu sampai 2 hari. Itu artinya Sigi harus menginap lebih lama di RS sedangkan Angga sudah boleh pulang pada hari itu juga.

Selain itu ada hal lain yang menjadi pergumulan kami. Salah satu efek dari phototherapy adalah bayi akan sering minum. Bila tidak, bayi akan dehidrasi karena terpapar sinar terapi terus menerus. Kami dari awal sepakat untuk memberikan ASI kepada Sigi. Angga diminta untuk memerah ASInya dan mengantarkannya ke RS untuk diminum oleh Sigi. Dari beberapa kali percobaan, hasil perahan paling banyak hanya 1 sendok makan. Suster menyatakan bahwa mungkin Sigi akan memerlukan 30 ml susu dalam sekali minum. Suster menawarkan untuk memberikan Susu Formula selama Sigi menjalani phototherapy. Kami tidak segera menjawab setuju atas tawaran suster karena kami tidak suka dengan tawaran tersebut. Angga terus berusaha memerah ASI. Dan hasilnya tidak berbeda jauh dengan sebelumnya.

Akhirnya dengan terpaksa kami setuju dengan tawaran suster. Sigi akan diberi minum susu formula selama phototherapy, dengan syarat suster tidak menggunakan dot saat memberi Sigi minum susu. Setelah menggendong Sigi, saya dan Angga pamitan untuk pulang ke rumah sekaligus menitipkan Sigi pada para suster disana.

Minggu siang saya mendapat telepon dari RS. Sigi ternyata sudah boleh pulang karena Sigi berespon baik atas terapi yang dia jalani. Kadar bilirubin sudah di angka 8. Kami segera meluncur ke RS dan membawa pulang Sigi. Sejak saat itu, Sigi berhenti minum Susu Formula. Cukup sehari dia minum susu formula. Selanjutnya ASI Eksklusif dari Bunda Angga.

Berkat Tuhan tidak berhenti mengalir untuk Sigi. Kami dibuat terheran-heran karena Tuhan melimpahkan berkatnya sangat deras buat Sigi. Semua peralatan bayi yang kami perlukan, Tuhan sediakan melalui pemberian teman gereja, tetangga, saudara, dan teman kantor. Bisa dibilang kami gak modal apa2 untuk Sigi. Mungkin benar kata orang, banyak anak banyak rejeki. Hehe

Oiya, saya belum cerita arti nama anak kami. Krisna Sigi Widyanto, putra pertama dari Kristyanu Widyanto dan Eliani Angga Safitri.

Nama yang berisikan harapan dan doa kami untuk anak kami tercinta.

Krisna merupakan perpaduan dari dua nama kami, Kristyanu dan Angga. Kami ingin anak kami selalu ingat bahwa dia memiliki orang tua yang sangat mengasihinya. Kami ingin setiap kali ada orang yang memanggil namanya, setiap kali dia memperkenalkan namanya kepada orang lain, setiap kali dia menuliskan namanya atau menandatangani dokumen penting di atas tulisan namanya, setiap kali dia melihat namanya terukir pada piagam/medali atas hasil kerja kerasnya, dalam setiap waktu, dia senantiasa mengingat bahwa dia memiliki kami, orang tua yang dengan sepenuh hati mencintainya. Krisna merupakan buah cinta kasih yang dianugerahkan Tuhan dalam kehidupan pernikahan kami. Menurut ayah saya, Krisna juga memiliki arti lain, yaitu orang yang bijaksana.

Sigi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti suluh. Begitu pun Dalam Bahasa Jawa Kuno, memiliki arti suluh/pelita. Besar harapan kami bahwa Sigi akan menjadi suluh pembawa terang bagi dunia, secara khusus bagi bangsanya, bangsa Indonesia. Kami sungguh berdoa, Tuhan membentuk Sigi sedemikian rupa sehingga dia kelak menjadi berkat bagi bangsa Indonesia. Memiliki hidup yang memuliakan Tuhan. Menjadi pelayan Tuhan yang taat dan setia. Tentunya sebagai orang tua, kami memiliki peranan sekaligus tanggung jawab yang besar agar hal itu dapat terwujud. Mungkin banyak hal yang harus dikorbankan demi hal ini. Tapi kami yakin bahwa inilah panggilan yang terutama sebagai orang tua, yaitu membawa anak-anaknya mengenal Tuhan, memastikan bahwa anak-anaknya akan menjalani hidup seturut panggilan yang Tuhan berikan baginya. Berat memang, tapi Tuhan pasti memberi kekuatan.

Widyanto, diambil dari nama akhir saya. Awalnya saya tidak tahu apa arti nama Widyanto. Selama ini saya hanya meyakini bahwa Widyanto adalah hasil gabungan nama kedua orang tua saya, Saktyanu Widjaja Dajati (WAWIED) dan WURYANTI Suminaring Ayu. Jadi nama ini disematkan pada nama anak kami hanya karena kami ingin ada nama keluarga didalamnya, tanpa tahu ada arti khusus di dalamnya. Namun karena penasaran, kami coba searching arti nama Widyanto di internet. Dalam salah satu web, disebutkan nama Widyanto merupakan nama anak laki-laki yang berasal dari bahasa Jawa. Artinya adalah pria yang pandai dan berilmu pengetahuan. Kami memang tidak bisa memastikan kebenaran arti ataupun asal usul dari kata tersebut, namun kami tentunya ingin agar anak kami menjadi orang yang pandai dan berilmu. Seperti kisah Daniel, orang yang berhikmat dan berintegritas. Juga yang terpenting adalah mengasihi Allah lebih dari apapun.

Sigi, bertumbuhlah dengan baik ya Nak. Takutlah akan Tuhan dan hiduplah untuk menjalani panggilan-Nya.


-Ayah Sigi-

Krisopras

Krisopras adalah jenis batu yang berharga pada zaman dahulu. Blog ini dinamakan Krisopras karena merekam kenangan yang berharga, yang sejak awal saya persiapkan untuk si ganteng dari Depok. Diawali dengan kelahiran buah hati kami, Krisna Sigi Widyanto, dan akan terus dilanjutkan dengan catatan penting perkembangan Sigi, sang pelita dari Bapa Sorgawi.